Search Engine Submission - AddMe Sebuah Keputusan | Blog Anak Desa Blog Anak Desa: Sebuah Keputusan

Senin, 19 Oktober 2009

Sebuah Keputusan

Mentari telah muncul dengan kelembutannya membelai setiap benda di bumi. Udara dingin masih ketara di sekujur badan. Hanya semburat awan tipis menghiasi langit yang biru. Suasana masih lengang di pekarangan SMA N 12 Yogyakarta. Tukang kebun sejak dari tadi menyapu dan memangkas rumput yang semakin meninggi. Terlihat pula beberapa orang siswa yang sudah berangkat pagi-pagi di depan ruang Guru.
Begitulah suasana pagi menjelang pengumuman Ujian Nasional satu setengah bulan lalu,sekarang tanggal 16 Juni 2008, sampai bosan nunggu.
Satu per satu siswa mulai berdatangan dengan senyum yang terhias di wajah mereka. mereka berjalan sambil bercanda.
Seorang siswa bernama Hamdi, berjalan menuju ke arah masjid yang letaknya di pojok sekolah. Dia ingin sholat Dluha. Di sana beberapa teman-temannya yang sudah dari tadi datang sedang bercengkerama. Ada juga yang bermain shuttle kick, permainan yang mereka ada-adakan dengan sebuah kock yang ditendang dan dioper agar tidak jatuh. Ada lagi yang balapan sepeda di halaman masjid. Mungkin mereka sudah selesai sholat Dluha.

******

“Assalamu’alaikum!” sapaku pada teman-teman—aku Hamdi, yang tadi sempat dikenalkan, sekarang aku sendiri yang akan menceritakan sebuah kisah padamu.
“Wa’alaikumussaalam!” jawab temanku serempak.
“Gimana kabare? Lulus tho? Wah aku kemarin sampai takut kalau bu Marni datang ke rumh dan bilang “Ham, kamu ndak lulus”. Bisa-bisa dunia seakan runtuh. habis soal kimianya susah banget kemarin,” tanyaku, bu Marni adalah guru BK,dia akan mendatangi rumah setiap siswa yang tidak lulus.
“Ya nggak lah Ham, kalo bu Marni dateng, mana berani aku berangkat sekolah. Malu lagi,” jawab Andi.
“Iyo Ham, kemarin aja aku pergi seharian, biar nggak ketemu sama bu Marni. Kebetulan lagi kemarin bapak sama emak pulang kampung, jadi rumah nggak ada orang. Tapi kata tetanggaku nggak ada tuh tamu yang datang,” tukas Budi.
“Eh, tau nggak, katanya Hendri kemarin meminjam anjing herder pakdhenya buat nakutin yang datang, kalian tau sendirikan gimana galaknya anjing pakdhenya. Aku saja yang cuma lewat, anjingnya udah menggonggong dan ngejar. Untung aja diikat. gimana kalo nggak. Bias-bisa kalian punya teman yang pernah kena rabies,” balas Aryo.
“Iya-iya, yang di sini semua lulus. tapi kalian tau nggak, ada 23 orang tidak lulus. Tadi waktu di depan ruang guru, aku bertemu bu Harni. Dia bilang ada 23 orang yang tidak lulus, dan semuanya sudah didatangi oleh guru-guru kemarin,” sahut Dhika.
“Eh, banyak banget sih. Ngeri banget ya, masak udah tiga tahun sekolah, tapi nggak lulus. Kalo aku belum tentu kuat. Bisa pingsan aku,” kata Budi.
“Udah nggak usah dibikin pusing! Yang penting kita semua udah lulus. Belum tentu tidak lulus itu jelek. Siapa tahu Allah punya rencana lain yang lebih baik pada mereka. Belum tentu yang kita anggap baik itu baik buat kita, sebaliknya, yang kita anggap buruk itu bisa jadi malah baik buat kita. Allah kan Maha Tahu. Tidak mungkin Allah mendholimi hambanya,” kataku.
“Iya Pak Ustad yang baik, ceramahnya nanti aja! Sana Sholat Dluha dulu, jangan ngobrol terus! Bersyukur dulu, biar rejeki tambah lancar. Siapa tau habis ini langsung dapet jodoh. Biar ga jadi jomblo tulen lagi,” kata Arham.
“Eh, iya sampai lupa. Habis, ngobrol sama kalian sih, sampai lupa jadinya. Tak sholat dulu ya!
“Yeee. Situ yang lupa koq kita yang disalahin!?”
“Iya nih Hamdi, Sholat dulu sana, baru ngobrol lagi. Ingat, bentar lagi upacara. Siap-siap lihat aku maju ke podium lantaran juara umum,” kata Aryo dengan pedenya.
“Huuu… Masak kerjaannya tiap hari tidur di kelas mau juara umum, ngaca dulu donk! Liat mukamu di kaca mirip nggak sama wajahmu yang asli,” cerocos Arham.
Kutinggalkan teman-teman yang terus saja ngobrol tidak karuan. Untung saja kadang mereka tidak hanya omong kosong saja. Masih sempat diselingi ayat atau hadist. Tidak tahu sejak kapan, sepertinya mereka memang suka ngobrol, bahkan bercanda dengan menggunakan ayat dan hadist. Yang penting jujur, dan bukan menjelek-jelekkan ayat dan hadist.
Kuputar keran dan kubasuh wajahku dengan air wudlu. Semoga berguguran dosaku bersama dengan gugurnya air wudlu.
Aku berjalan ke dalam masjid. Segera sholat.
“Allahu Akbar!” sambil berniat sholat Dluha, kurasakan Allah kurasakan kebesaran Allah selalu menyertaiku. Sejak aku lahir, sampai sekarang. Tiga tahun sudah aku sekolah di SMA ini. dan sekarang aku sudah lulus. Meski aku belum tahu nilaiku, namun aku yakin Allah pasti memberikan yang terbaik untukku. Yang terbaik bukan berarti paling baik diantara teman-teman, karena aku juga tidak begitu berharap seperti itu. Namun cukuplah setara dengan usahaku selama ini.
Kubaca do’a iftitah,
Ya Allah ampuni dosaku selama ini, selama aku hidup, karena aku tidak tahu berapa banyak dosa yang telah kubuat. Serta jauhkanlah aku dari dosa, kalau bisa semaksum Rasulullah. Dan Sejukkanlah hatiku sesejuk air pengunungan yang dingin serta sedingin salju yang menyelimuti kutubMu.
Kubaca surah Al Fatihah,
Ya Rabb,memang tiada bahasa di dunia yang cukup untuk menuliskan semua nikmat yang Kau yang berikan padaku. Meski dengan tinta sebanyak lautan dan kertas dari seluruh pohon yang ada di dunia ini. KekuasaanMu yang tiada tara, terserah Kau mau bermuat apa, aku hanya hamba yang dhaif. Namun kasihMu tiada putus dari seluruh makhluqMu,dan sayangMu yang selalu tercurah pada orang-orang yang beriman dengan kesungguhan, bukan islam KTP. Kuharap di akhirat nanti aku termasuk golongan orang-orang yang beruntung mendapat ridloMu, dan berkumpul dengan Rosul, sahabat dan orang-orang beriman. Aku selalu menengadahkan tanganku untuk memohon padaMu, bersujud hanya padaMu. Berilah aku petunjuk untuk selalu di jalanMU jalan yang Haq. Terima kasih atas segala petunjukMu selama ini sehingga aku bisa sampai di sini…


******

“Ham, kamu dah siap belum? Kata pak Andri, ulangan semester ini sampai Dimensi Tiga. Wah, aku ga ngerti sampai sekarang. Trigono aja tulalit,” kata Yusuf, teman sekelas sekaligus teman dekatku.
“Yang ditanya belum tentu lebih pintar dari pada yang bertanya. sama aku juga nggak dong. Anti aja lah gimana jadinya. Nanti kamu kasih tau aku ya kalo bisa.”
“Oke, kamu juga ya!”
Aku mengangguk.
“Semoga pengawasnya matanya nggak awas!”
“Hus, jangan ngomong gitu, nggak baik!”kataku
“Iya-iya”

*******

Ujian dimulai.
Untung pengawasnya pak Naryo, guru Bahasa Jawa yang terkenal penyakit “budi-nya” (budeg dikit maksudnya), jadi lebih leluasa nyontek.
Waktu ada 2 jam untuk 40 soal, wah lama.
Kubaca soal dari lembar pertama.
Soal pertama Eksponen, wah, kalau ini aku bisa. untung ada 6 soal, lumayan ngantongi 1,5 nilai.
Terus, Logika. Waduh, nggak dong aku. Gimana nih?! Eh, aku kan udah buat catetan. Kuambil bolpoinku. Kubuka tutup bawahnya. Kutarik isinya. Kubuka selembar kertas yang tergulung di isinya. Hemm…. Yes, ada semua.
Masuk soal, Trigono. Gawat, aku lupa semua. Ada 5 soal lagi.
Aku garuki leherku yang tidak gatal. Perlahan kumasukkan jariku ke bawah kerah baju. Kuambil kertas yang terjepit di situ. Kubuka, dan kulihat rumus yang tertulis di situ. Ah, lancar.
Begitulah, di seluruh tubuhku ada contekan. di sepatu ada persamaan linier. Tapi kalau soal Dimensi Tiga, aku tanya sama Yusuf dan teman yang lain, habis nggak bisa dibuat catetan.
Hari pertama selesai dengan lancar.

********

Kulangkahkan kakiku ke Masjid Muadz Bin Jabal karena adzan sudah berkumandang. Khutbah sudah dimulai. Kuambil air wudlu. Kemudian aku masuk ke masjid. Kuambil 3 lembar buletin Jum’at yang berbeda versi. Yah kebetulan masjid ini berlangganan banyak buletin.
Kuambil posisi belakang paling kanan, agar bisa bersandar pada dinding.
Kudengar khutbah, aku tidak begitu mengerti, karena aku memang tidak begitu peduli. Perlahan mataku terpejam.

********

Jam 8 malam, aku sudah berada di kursi belajarku. Besok ulangan fisika, pelajaran yang sulit.
Kuambil buku tulis dan buku cetakku. Kusalin rumus-rumusnya pada selembar kertas. Ada bab GLBB. Hmm, rumus dasarnya , ,dan Simpel sih,tapi aku sering lupa.
Kulihat buletin Jum’at yang tadi kubawa tergeletak di samping bukuku. Tiada salahnya aku baca sebentar. di situ tertulis bahwa Rasulullah pernah mengadakan perjalanan bersama para sahabat, tiba-tiba terdengar suara menggelegar yang membuat mereka kaget. Kemudian Rosulullah bertanya pada para sahabat,”Apakah kalian tahu suara apa tadi?” sahabat menjawab,” Allah dan Rosulnya lebih mengetahui.” “Sesungguhnya itu tadi suara sebuah batu yang jatuh dari tepi neraka tujuh puluh tahun yang lalu, dan sekarang baru sampai dasarnya.”
Hmmm…. Tujuh puluh tahun, gila, berarti dalem banget ya surga itu.
Coba kuhitung dengan rumus GLBB, sekalian latihan. Dengan percepatan gravitasi 9,8m/s^2. berarti kedalamannya adalah S=h, kecepatan awal 0. 1 tahun 12 bulan, 1 bulan 30 hari, 1 hari 24 jam, 1 jam 60 menit, 1menit 60 detik. Jadi waktunya 2,17728.10^9 detik. jadi kedalaman neraka kira-kira 2,3228686.10619 meter atau 23.228.686.000.000.000 km. Hii..... Dalem banget ya, ini aja baru perhitungan manusia, belum lagi perhitungan Allah, apalagi 1 hari di akhirat setara dengan 1.000 tahun dunia.
Udah ah, ngeri. Buletin yang lain ada yang menghimbau agar jangan tolong-menolong dalam hal dosa dan pelanggaran. Ah.... apa aku nyontek itu dosa ya. kalau gitu dosaku banyak dong. Aku terus saja merenungi ketiga buletin itu.
Tak terasa, mataku sudah pedih, padahal baru jam 9 malam. Apa karena terlalu capek ya. Tapi aku belum selesai buat catetan.
Akhirnya mataku terpejam juga, di meja belajar.

*******

Whoooaaahhh.....
Hei, dimana ini? Koq gelap begini. Aku tidak bisa melihat.
Tiba-tiba cahaya muncul dan menyinari sekitarku. Aneh, semuanya kosong. Yang ada hanya hamparan pasir yang terbentang sejauh mata memandang.
Aku takut sekali, tidak ada orang, sendirian, di tempat yang aneh.
Apa aku sudah mati ya, wah padahal aku kan masih muda, aku belum banyak beramal, sholat saja kadang-kadang.
Di tengah ketakutanku, terdengan suara menggeram di belakangku. kutengokkan wajahku.
Dan....
Betapa terperajatnya aku, ternyata ada seekor ular yang sangat besar berbulu memandangiku sambil menghembuskan nafas yang panas. Kontan aku langsung berlari menjauh untuk menyelamatkan diri dan berteriak minta tolong. Dan ular itu pun mengejarku.
Namun apa yang mau dikata, tidak ada orang kulihat. Aku terus saja berlari, dan terus berlari.
Whei, di kejauhan ada orang, aku harus ke sana, minta tolong. Setelah kudekati, ternyata seorang kakek tua berpakaian putih yang keriput di sana-sini. Dia duduk di atas sebuah permadani yang indah. Dia tersenyum padaku.
“Kek, tolong aku, ada ular yang mengejarku!” pintaku padanya.
“Larilah Anaku, aku terlalu lemah untuk menolongmu,” jawabnya.
Mendengarnya, aku terus berlari. Sampailah aku di sebuah tebing yang sangat dalam. Di dalamnya api berkobar dengan hebatnya. Menjilat apa saja yang dapat diraihnya. Apa ini yang namanya neraka ya. Aku duduk bersimpuh di tepi jurang, aku ingin menangis, tapi entah mengapa air mataku tak mau keluar. Seakan sudah mengering. Ya Allah, inikah balasan untukku yang lupa padaMU.
Ya Robb, Kau tahu aku sering lalai dariMu, namun hanya Engkaulah yang bisa kumintai tolong. Apakah aku akan masuk neraka yang luar biasa dalamnya. Bisa-bisa sampai dasarnya badanku sudah hancur. Ya Allah, hanya padaMulah aku bisa memohon, bukan orang lain.
Kutoleh wajahku, kulihat ular besar itu makin mendekat. Apa dia akan melemparku ke jurang itu. Dari pada dilempar, lebih baik lari.
Segera saja aku kembali berlari. Terus berlari.
Aku bertemu kembali dengan kakek tua tadi. Sekali lagi aku minta padanya. Tapi apa yang dia kata,”Larilah Anakku, aku tidak dapat menolongmu. Aku terlalu lemah. Carilah tempat berlindung!”
Lagi-lagi ia tak dapat diharapkan.
Aku terus saja berlari terus berlari dari kejaran ular itu.
Dari kejauhan, terlihat ada orang lagi. tapi aku sudah hampir putus asa, karena dari tadi tidak ada orang. Aku berlari ke arah orang itu. Ternyata seorang pemuda gagah yang sangat tampan. Pakaiannya sangat bagus.
“Hai, tolong aku, ada ular mengejarku!”
“Tenangkan dirimu, aku akan menolongmu.” jawabnya. Suaranya sangat menyejukkan.
Ketika ular besar itu datang, dia mengusirnya.
Kemudian dalam keadaan masih takut aku bertanya apa yang sebenarnya terjadi padaku.
“Ular besar tadi adalah semua amal buruk dan dosamu, saking besarnya, dia bisa menelanmu. Sedangkan kakek tua tadi adalah amal baikmu yang sangat sedikit dan terlalu lemah jika dibandingkan dengan dosamu. Dan kau hampir masuk ke Neraka.” jawab pemuda itu.
“Lalu kamu ini siapa? Kenapa mau menolongku?” tanyaku padanya.
“Kau masih ingat apa yang kamu lakukan sepulang shalat Jum’at setelah ulangan matematika?”
Aku pun mencoba mengingat kembali. Oah iya, ada seorang kakek yang meminta-minta karena belum makan selama lima hari. Lalu aku berikan uang sepuluh ribu padanya, padahal infaq jum’at aku hanya memasukkan seribu rupiah yang sudah kumuh dan bau. Maklumlah, namanya uang, nggak pernak mandi, tapi banyak dicari orang. Dan kakek itu berterimakasih padaku, dan kudengar ia mendo’akanku agar diberi keselamatan.
“Aku adalah amalanmu pada kakek itu dengan ikhlas. Apakah kau pernah mendengar hadist Rosulullah, supaya kita menyelamatkan diri kita dari api neraka walau hanya dengan sebutir kurma?”
Oh iya, di buletin ketiga yang aku baca berisi tentang manfaat sedekah.
“Lalu sebenarnya tempat apa ini?
“Kau akan segera tahu,sebentar lagi. Allah hanya mengutusku untuk memperingatkan dirimu. Jagalah dirimu, Insya Allah suatu saat kita akan bertemu lagi.”
Tiba-tiba semua kembali gelap.

******

Ehhh…..
Kubuka mataku perlahan. Kulihat buku catatan bututku acak-acakan,mungkin tertindih olehku. Tapi Alhamdulillah ternyata mimpi. Jadi aku belum mati. Ketiga buletin itu juga masih ada di meja. Kulirik jam dinding, sudah jam 2 ternyata.
Kubaca bukuku sebentar, menghafal rumus yang ada. tentang Dinamika Partikel, Hukum 1,2, dan 3 Newton. . Aku teringat saat terima rapor semester lalu, aku rangking 36. Apa semester ini lebih baik ya, atau lebih jelek. Apa aku bisa masuk IPA sesuai keinginanku atau tidak. Tapi yang jelas aku nggak mau nyontek lagi waktu Ulangan, seterusnya. Nggak peduli nilaiku hancur atau tidak.
Ya Robb, di sepertiga malam terakhir ini, aku mohon aku bisa mengerjakan ulangan besok dengan lancar dan jujur. Aku tidak mau mencontek. Berikan taufikMu. Ya Allah, Engkau tahu yang ku mau!


*******
Oke Fren, kembali ke awal.
Aku selesai sholat Dluha. Kupanjatkan do’a setelahnya. Aku mohon pada Allah, agar hasil kali ini merupakan yang terbaik bagiku.
Aku bangkit dan kembali ngobrol dengan teman-teman.

*******
Upacara ini dihadiri oleh semua murid, dari kelas X, XI, dan XII.
Siswa kelas X dan XI dipulangkan setelah itu, orang tua dan wali murid kelas XII.
Cuaca sangat panas, untung aku memakai topi. Entah kenapa hari ini sangat panas. teman-teman laki-laki yang lain banyak yang berebut berteduh di bawah pohon. Karena aku kelas IPA 4, tempat barisnya di tengah dan aku tidak kebagian tempat yang rindang. Walau barisnya agak acak-acakan, tapi guru masih membiarkannya.
Kudengar pak Edi, kepala sekolahku memberikan pesan di sesi amanat. Beliau bangga, karena katanya ada nilai tertinggi Ujian Nasional 2008 diraih oleh seorang siswa di sekolah ini. Kontan teman-teman bertepuk tangan dan bersiul riang. Aku pun tersenyum, ternyata aku punya teman yang cerdas. Walau aku tak tahu siapa dia, tapi perasaanku mengatakan bahwa dia adalah salah seorang yang tadi ada di masjid. Berbincang bersama. Apa Aryo ya. Kulihat raut mukanya tadi optimis.
Pak Edi bilang, walau ada 23 orang siswa yang tidak lulus, tapi sekolah kami memiliki nilai rata-rata untuk IPA tertinggi di Yogyakarta. teman-teman pun kembali ramai. Aku cuma diam saja, hanya tersenyum sambil meringis karena kepanasan.
Eh, koq aku tidak melihat Yusuf ya. Aku dengar dia akhir-akhir ini dia sering ikut malak bersama preman-preman di pasar Beringharjo. Bahkan dia sering kupergoki lagi teler sambil tangannya mencekik botol ketika pulang. Temanku itu juga masuk IPA, namun kelihatannya ia jarang belajar. Kebetulan juga selama tiga tahun aku sekelas dengannya. tapi koq hari ini aku tidak melihatnya berbaris.
Akhirnya tibalah pengumuman-pengumuman yang dibacakan oleh pak Burham. Pertama diumumkan juara-juara perlombaan yang yang diraih oleh adik-adik kelas X dan XI. Ada juara debat, basket, mural dan karya tulis. Dan yang ditunggu-tunggu, pengumuman tentang Ujian Nasional. Entah kenapa kelas X dan XI juga ikut. Mungkin supaya mereka tahu dan siap jika mereka kelas XII nanti. Maklum, pelajaran yang diujikan ada 6 untuk tiap jurusan.
Pertama adalah nilai tertinggi yang diraih oleh sekolah ini untuk tiap mata pelajaran. Juga rata-ratanya.
Tibalah pengumuman untuk 10 besar paralel untuk tiap jurusan. Mulai dari peringkat 10 dahulu. Untuk juara 3 besar akan mendapat hadiah dari sekolah karena prestasinya. Dari kelompok IPA, ketika nama temanku disebut, teriakan menggema dan riuh tepuk tangan memeriahkan upacara ini. Satu per satu maju ke depan podium
“Untuk juara 3, dengan nilai 51,25, diraih oleh ananda Arham Faturrohman dari kelas XII IPA 2,” kata pak Burham.
“Hore…! Eeh, Alhamdulillah!” sahut Arham.
Tepuk tangan pun menyambut pengumuman itu.
“Yee… Ayo kita jitaki ni anak..!” teriak Budi. Kontan teman-teman beramai-ramai menjitaki Arham.
“Oi, udah dong...,” pekik Arham, “ Masak dijitaki, dikasih selamat dong!”
“Traktir lho Ham!” rajuk Aryo.
Arham pun maju.
“Untuk Juara 2, dengan nilai 52,50, di raih oleh ananda Aryo Pamungkas dari kelas XII IPA 2,” lanjut pak Burham.
Siswa kembali bertepuk tangan.
“Weee… juara tho! Hore! Eh, Alhamdulillah,” kata Aryo.
Teman-teman pun menjitakinya. Ternyata dia benar-benar jadi juara. Dan dia pun maju setelah dijitaki dengan muka kusem, habis kena jitak. Apalagi dia nggak pakai topi,bisa bonyok kepalanya. Yah, teman-teman memang anarki.
Wah, hari semakin siang saja. Panas. keringan sudah mengucur dari kepalaku. Sebagian teman yang lain juga. Akhir-akhir ini cuaca sangat panas. Kemungkinan besar karena Global Warming.
Aku lanjutin ya….
Pak Burham pun melanjutkan pengumumgnya
“Dan sekarang untuk juara 1 dan merupakan juara umum untuk kategori IPA tingkat Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan nilai 56,25, diraih oleh ananda Ahmad Hamdi dari kelas IPA 4, harap maju ke depan!”
Subhanallah, namaku disebut. Ah, benarkah.
“Hamdi, kowe juara siji. Ayo maju. jangan lupa nanti nraktir ya!” kata Budi sambil mengucek-ucek kepalaku. Teman-teman yang lain juga ikut menguceki aku. Tega benar mereka. Udah panas-panas begini mereka masih mengerjai aku.
Aku pun maju ke depan. Entah mengapa rasanya berat sekali. Kepalaku terasa pusing. Apa karena habis dijitaki teman-teman atau kepanasan. Namun aku bangga, karena usahaku selama ini dibalas dengan baik oleh Allah. Memang Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum kecuali mereka merubah pada diri mereka sendiri. itulah yang terjadi padaku. Dari rangking 36 kelas, menjadi rangking 1 paralel. Terima kasih Ya Allah, Engkau berikan yang terbaik padaku.
Setelah keluar dari barisan, aku ikut berjejer dengan teman teman yang lain. Ucapan selamat dan bingkisan dari sekolah diberikan oleh pak Edi. pada Arham dulu.
Kepalaku semakin berat. Pandanganku mulai buram, sepertinya kunang-kunang memenuhi mataku. Aku pun memejamkan mata untuk mengurangi sakit. Ah, aku benar-benar tidak kuat.
Dan…
Bruk, aku terjatuh, kakiku tak kuat menopang badanku. tapi aku masih sadar, hanya aku sudah tak kuat berdiri. Kulihat teman-teman mengerumuni aku, begitu pula pak Edi dan pak Burham.
Tapi, siapa itu. Seseoarang melihatku, tidak memakai seragam sekolah, bukan pula seorang guru. Laki-laki itu masih muda. Dia tersenyum padaku. Sorot matanya memiliki arti, sebuah kata selamat. Ya, aku ingat, memori yang terpendam. Pemuda yang muncul dalam mimpiku 2 tahun lalu. Ya, memang dia.
“Seperti kataku dulu, kita akan bertemu lagi. Sekarang aku memenuhi janjiku dulu. Aku membawa kabar gembira dari Allah, bahwa Allah ridlo dengan apa yang kamu lakukan setelah kejadian waktu itu. Allah juga mengutusku untuk menjemputmu padaNya. Telah usai waktumu di dunia. Sebentar lagi Izrail akan datang. Persiapkan dirimu. Aku tidak bisa berlama-lama. Aku harus kembali. Aku tunggu kau di sisiNya. Jangan kuatir akan bekalmu, semua sudah cukup. Kakek tua itu kini sudah menjelma menjadi pemuda yang lebih gagah dan tampan dariku. Sampai bertemu lagi saudaraku. Rodliyallahu ‘alaika!. “
Ketika kukedipkan mata, dia sudah tidak ada. Akupun tak sadarka diri.
Ketika kubuka mataku, aku sudah berada di UKS. Di sana ada bu Marni, pak Burham, dan Budi. Budi minta maaf karena tadi telah menjitaki aku. Aku bilang tidak apa-apa.
Tiba-tiba aku tidak bisa mendengar sekitarku, semua sepi. Kulihat seseorang masuk. dari pintu. Seseorang yang tampan. Pakaiannya sangat indah, aku tidak bisa menggambarkannya. Dia mendekatiku.
“Hamdi, kau pasti sudah tahu siapa aku. Aku diutus Allah untuk menjemputmu. Allah memerintahkan untuk membawamu dengan baik, sebagaimana caraku kepada para hamba Allah yang beriman. Ucapkan dua persaksian maka aku akan segera membawamu!” katanya.
Ternyata dia Izrail. Akupun mengangguk. Namun aku minta padanya untuk bicara sebentar dengan Budi untuk titip salam untuk teman-teman, tapi dia melarang. Dia mengatakan bahwa sekarang aku sedang sakaratul maut.
Dengan lirih kuucapkan Syahadat.
“Asyhadu alla ilaaha illallah, wa asyhadu anna muhammadar rosulullah.”
Izrail pun membangunkan aku dan mengajakku keluar. Ku lihat bu Marni menangis. Pak Burham, dan Budi hanya menunduk. Budi, selamat jalan Budi, salam buat teman-teman ya.

*******

Pena telah diangkat, tintapun telah mengering.. Keputusan telah ditetapkan.
Orang tua dan walimurid pun telah berdatangan. Sementara itu para siswa bersuka cita merayakan kebrhasilan mereka. Hanya sedikit yang peduli dengan kehidupan setelah mati.



Jumat yang Indah,16 Mei 2008
Cerpen Pertamaku--teruntuk Forum Lingkar Pena Jogja

Download

0 komentar:

Posting Komentar

Berikan masukan pada saya agar menjadi energi motivasi saya untuk berkarya di Internet.
Terima Kasih komentarnya.
Berikanlah komentar terbaikmu!

  © Blogger templates The Professional Template by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP